About Me

Name: UMIKU MALANG
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post

Pesan anda Disini



Archives

Shoutbox

Your Shoutbox here

Other things

Jadikan hidup ini indah seindah bunga metahari yang selalu sedap dipandang mata

Links

Support

Powered by :
Template by :Template by Prim

LAIN-LAIN

 
Friday 21 December 2007
RINTIHAN PILU HATI KELUARGA KAMI

Assalamu’kum Warahmatullahi wabarakatuh

RINTIHAN PILU HATI KELUARGA KAMI

Pada tanggal 22 Juli 2006, kami menikah. Meski dengan sangat sederhana, kami menikah dengan lancar dan khidmad, saya sempet nangis, karena saya ga ditemenin oleh ibu saya, ibu saya meninggal 4 tahun lalu, tepatnya sabtu 11 oktober 2003, dia ibu yang sangat gigih, sangat ikhlas, walaupun saya masih menganggap sangat kolot pada waktu itu, tapi sekarang saya baru sadar betapa peran ibu sangat tidak bisa dilupakan. Ibu saya dengan gigih melawan kanker rahim stadium 3 yang dideritanya sejak 2 tahun sebelum ibu meninggal. Kami bangga sekali dan bersyukur atas meninggalnya ibu, betapa tidak, ibu meninggal setelah dia menyelesaikan bacaan qur’annya, lalu tidur sejenak lalu dia meninggal dengan tersenyum seakan sudah menunggu malaikat untuk dijemput di surga Allah. Maaf, tapi bukan itu yang kami ceritakan, itu hanya sekedar ingatan saya pada saat saya menikah, dan merasakan betapa sedihnya tanpa dekapan ibu saya.

Keluarga mertua saya sangat sederhana, sebut saja umi, dia yang selama ini berjuang sendirian untuk menghidupi 2 adik ipar saya. Suaminya meninggal januari, pada tahun yang sama pada pernikahan kami. Diabetes militus, penyakit warisan keluarganya telah menggerogoti pikiran, harta, tanah kami, bahkan sampai ditinggal pergi oleh abi (begitu biasanya kami memanggilnya), kami masih harus menanggung semua beban peninggalannya. sebenarnya inilah awal petaka keluarga kami.

Umi, mertua kami adalah seorang pedagang kakilima di pasar koja jakarta utara, dagangannya hanya berupa pakaian bayi, yang biasa dijual dengan harga sepuluh ribu tiga (sepuluh ribu dapet 3 celana bayi) sebuah usaha yang sudah tidak bisa diharapkan lagi disaat beras seharga setengah modal usaha kami. Pada saat abi (mertua laki laki saya) sakit, Umi hampir tidak punya uang untuk makan, tidak bisa dibayangkan, umi harus mengeluarkan biaya sedikitnya 1.000.000 (satu juta) seminggu untuk menebus pengobatan abi. Sedangkan di pasar paling yang didapat umi hanya penglaris aja, penglaris, itu adalah sebutan jika dagangan kita laku pertama kali.Praktis umi sangat bingung. Oh iya, dagangan umi tuh sebenernya bukan modal milik umi, sistem yang biasa dipake di pasar, dengan sistem agen yang menaruh barang, lalu diambil seminggu kemudian saat dagangan sudah laku. Ternyata umi ga mungkin memanage uang dagangan itu sehingga dapat mengembalikan duitnya ke agen, karena hasil keuntungan yang didapat tidak mencukupi untuk kehidupan keluarga kami. Sejak saat itu, kami dicekik hutang, kami hutang sana hutang sini untuk makan, pengobatan abi, biaya sekolah adik ipar kami, dan segala kebutuhan yang kami rasa semakin mencekik leher kami. Umi pernah berhutang pada rentenir, sebesar 5 juta untuk biaya pengobatan abi. Menjelang pernikahan kami, umi berhutang pada bank pasar sebesar 20 juta dengan harapan uang sumbangan dari tamu dapat mengembalikan utang umi. Tapi ternyata nol besar !! uang yang didapat dari sumbangan para tamu ternyata hanya habis dipake untuk sewa tenda, sewa sound, sewa baju pengantin, sewa ini lah sewa itu lah. Kami makin pusing. Satu saat umi pernah belanja ke jatinegara langganan umi, ntah kenapa umi pengin mampir ke langganan abi yang dulu, untuk bersilaturahim. tapi apa pasal, ternyata kata orang itu, abi pernah berhutang dagangan 9 juta, satu tahun yang lalu. Dan emang dia punya bukti hitam diatas putih, walo tanpa materei. Sialnya lagi, selang jalan beberapa jengkal dari situ dengan dada yang masih nyesek, ada toko sebelahnya lagi manggil, ternyata abi juga punya hutang dagangan sebesar 6 juta dengan kasus yang sama seperti yang disebelah, dengan bukti hitam diatas putih. Sontak umi hampir pingsan saat itu. Umi pulang turun tangga, dengan mata berbinar dan hampir pingsan, dengan jalan terseok seok, umi jatuh dari tangga, penderitaan umi makin lengkap karena disitu umi dicopet. Duit yang hanya 350.000 yang sedianya untuk belanja, dijambret sama copet copet jatinegara. Saya hampir ga kuat denger cerita umi saat itu, umi ditolong seorang satpam, diantar ke mobil jurusan priok, trus dikasih uang 20.000 untuk ongkos pulang. Masya Allah..... saya yang bukan anaknya, sempet nangis waktu itu, walau tanpa sepengetahuan istri saya.

Seminggu kemudian, orang jatinegara itu datang ke pasar koja, tempat umi berjualan dengan membawa polisi. Umi sangat malu saat itu, karena emang pasar lagi sangat rame saat itu. Umi dipaksa membayar utang nya dengan setengah memaksa. Dengan terpaksa umi membayar 2 juta rupiah, uang yang sedianya untuk sewa warung yang agak di belakang, karena warung umi pun tanpa sepengetahuanku juga sudah dijual untuk biaya pengobatan abi. Tapi saya salut ma umi, dengan penderitaan umi itu dengan dalih menjaga kehormatan keluarga, umi tidak pernah menceritakan kesulitannya di depan teman teman pasarnya. Jadi sangat wajar kalo umi malu sekali dengan datangnya polisi ke pasar. Jadi kalo ditotal utang umi yang masih tersisa itu 17 juta di bank swamitra, trus rentenir yang masih 4 juta lagi, orang jatinegara 9 juta, dan 4 juta lagi, dan masih banyak utang utang dagangan dari agen yang jumlah nya sampai saat ini saya tidak tau jumlahnya. Hanya istri saya bercerita, kalo ditotal total bisa sampai 50 jutaan.

Kemarin, Rabu, 7 maret 2007, rentenir tempat umi berhutang, anaknya dioperasi di rumah sakit.dia memaksa hari ini umi wajib membayar hutangnya berikut bunganya dengan jumlah 5 jutaan, belum lagi hari senin, kemarin pada waktu belanja ke jatinegara, umi ketemu lagi dengan 2 orang jatinegara itu, dan menunggu sampai minggu minggu ini untuk melunasinya. Dengan pikiran yang kalut dan bingung, akhirnya kemarin umi berusaha meminjam lagi ke HSBC, bank yang apa ga tau saya seperti apa, sebesar 15 juta rupiah, dibayar per bulan Rp. 880.000, selama 3 tahun. Itupun kami tahu ketika kemarin kami dihubungi pihak bank, sebagai orang yang terdekat dari rumah umi, yang ditulis umi untuk melengkapi persayaratan administrasi. Setelah saya itung, dengan meminjam uang sebesar 15.000.000 rupiah, umi harus mengembalikan sebesar Rp. 31.680.000 rupiah, 2 kali lipat yang dipinjamnya. Seandainya jadi, uang dari HSBC itu dikabulkan, maka umi harus membayar uang cicilan sebesar 880.000 untuk HSBC, 1.200.000 untuk Bank Swamitra, belum bayar agen, belum bayar cicilan rentenir, belum untuk kebutuhan hidup sehari hari keluarga kami. Sampai saat ini hutang umi 1.700.000 di bank swamitra, 31.680.000 di HSBC, 5.000.000 di rentenir, dan masih banyak lagi di beberapa agen langganan umi. Kalo ditotal kata istri saya hampir 50.000.000 an. Sesuatu yang sangat sulit untuk janda yang sudah tidak berdaya lagi.

Perlu diketahui, sekarang adik ipar saya yang pertama, adik istri saya sudah kerja di pabrik di daerah cakung, dengan gaji 800.000 sebulan, tapi dengan gaji itu, saya sakin belum bisa bantu umi. Saya sekarang bekerja sebagai guru pengajar swasta di sebuah pesantren di Tangerang, istri saya saat ini masih kuliah tingkat akhir, dan sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Dengan gaji saya yang 1.200.000,- setiap bulannya, saya ga berdaya untuk membantu keluarga istri saya.

Dengan pemikiran itu, saya mencoba mengetuk hati para dermawan untuk membantu kami, kami tidak menginginkan utang kami dibayarkan oleh para dermawan. Kami masih punya sertifikat rumah sebagai jaminan apabila para dermawan bisa membantu kami untuk meminjamkan uang untuk melunasi hutang yang menjerat kami, kami dapat mencicilnya tiap bulan minimal 1 juta rupiah setiap bulannya dengan patungan antara saya, adik saya dan umi. Kami yakin, dengan cara itu, kami bisa lebih lama bertahan hidup dalam keadaan ekonomi nasional kita yang semakin sulit. Atau solusi yang lain, kami akan menjual rumah kami, walaupun itu sangat berat bagi kami, selama ini kami kesulitan untuk mencari orang yang membeli rumah kami dengan harga yang cocok. Kebanyakan dari mereka mau membelinya dengan cara mencicil, dan jelas tidak mungkin akan memberikan solusi terhadap utang utang kami.

Ini cerita pilu keluarga kami, setiap hari kami memikirkan umi yang saya sendiri ga bisa membayangkan betapa berat beban pikiran yang harus ditanggungnya.

Demi Allah, cerita ini adalah ungkapan hati saya.

Bagi dermawan yang mau membantu saya, berikut ini saya cantumkan alamat rumah kami,

Ibu EMALIA (Umi)

d/a Jl. Mawar III No. 3 RT 08/01 Tugu Utara Koja Jakarta Utara.

Telp 021 4303252

Atau bisa hubungi saya

Yusuf Widiyanto 08128282304 (Rek BCA Cabang Serang : 4920255014 )

Sambil berdoa dan berharap, semoga Allah ikut mendengarkan rintihan hati kami.

Wassalam,

Tangerang 08 Mei 2007

Yusuf Widiyanto

CATATAN

Cerita ini telah telah saya kirimkan ke berbagai millis, Alhamdulillah pada bulan Juni 2007, seorang dermawan dari Jerman terketuk hatinya dan mengirimkan uang sebanyak 200 Euro, kami tukarkan dengan uang rupiah menjadi sebesar Rp. 2.401.000, (Dua Juta Empat Ratus Satu Ribu Rupiah). Kami sangat berterimakasih kepada Ibu Brinker (Orang Jerman yang dermawan itu), berkat bantuan beliau telah meringankan beban Umi.

Namun demikian masih terlalu besar beban yang dipikul oleh Umi, kami sudah berusaha untuk membantu umi dengan sekuat tenaga kami, namun mungkin kami belum diberi kesempatan untuk membantu umi, karena dari penghasilan kami, kami hanya bisa membantu memenuhi kebutuhan dapur umi saja.

Untuk itu, bagi dermawan yang ingin mengamalkan sebagian hartanya untuk umi, kami akan sangat menerima dengan senang hati. Kami tidak akan bisa membalasnya, mudah mudahan Allah melipatgandakan amal bapak / ibu dermawan. Amien.

Wassalam,

Tangerang 02 September 2007

Yusuf Widiyanto

posted by UMIKU MALANG @ 06:56   0 comments